-->

Kamis, 03 Oktober 2024

Tahun 2024 di Desa Terusan Beringin Jaya Kasus Stunting Menurun


RIAUFAKTA.IDPELANGIRAN - Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, yang dapat berdampak pada pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas di masa depan. Meskipun kekurangan gizi dapat terjadi sejak dalam kandungan, kondisi stunting baru tampak setelah anak berusia dua tahun. Oleh karena itu, 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi periode yang krusial dan memerlukan perhatian khusus dari semua pihak.

Faktor Penyebab Stunting

Stunting tidak hanya disebabkan oleh gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil atau anak balita, tetapi juga oleh berbagai faktor multidimensi lainnya. Intervensi pada 1.000 HPK terbukti menjadi langkah paling efektif dalam menurunkan prevalensi stunting. Dengan melibatkan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, diharapkan program-program intervensi dapat dilaksanakan secara sinergis.

Langkah-Langkah yang Diambil

Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah melakukan Rembuk Stunting pada tahun 2019 dan menetapkan 25 lokus desa untuk intervensi spesifik. Kecamatan Pelangiran termasuk dalam salah satu kecamatan yang bertanggung jawab dalam upaya penurunan stunting di tingkat desa. Pada tahun 2024, terdapat delapan desa/kelurahan yang menjadi fokus intervensi, yaitu Terusan Beringin Jaya, Tegal Rejo Jaya, Bagan Jaya, Tanjung Simpang, Saka Palas Jaya, Tagagiri Tama Jaya, Simpang Kateman, dan Kelurahan Pelangiran.

Data Prevalensi Stunting di Terusan Beringin Jaya

Analisis data menunjukkan prevalensi stunting di Desa Terusan Beringin Jaya mengalami peningkatan dari 8 kasus pada tahun 2022 menjadi 9 kasus pada tahun 2023. Namun, jumlah kasus menurun menjadi 6 pada tahun 2024. Meski terdapat penurunan, perlunya langkah-langkah lebih komprehensif dan berkelanjutan sangat jelas untuk menurunkan angka stunting secara signifikan di tahun-tahun mendatang.

Program Intervensi yang Dilaksanakan

Beberapa program intervensi yang telah dilaksanakan di Kecamatan Pelangiran meliputi:

Sosialisasi ASI Eksklusif untuk ibu hamil dan ibu balita.

Pendampingan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI).

Pendidikan gizi bagi ibu hamil.

Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk remaja putri di sekolah.

Konseling Inisiasi Menyusui Dini (IMD).

Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK).

Program PENCETIN (Pelangiran Cegah Stunting) juga menjadi salah satu inovasi dalam upaya pencegahan stunting di kecamatan ini.

Tantangan dalam Penanganan Stunting

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, faktor determinan seperti akses air bersih, sanitasi, dan pola asuh yang kurang baik masih menjadi kendala. Di samping itu, meskipun remaja putri telah mendapatkan intervensi berupa TTD, sebagian dari mereka masih enggan mengonsumsinya secara teratur.

Kelompok Sasaran Berisiko

Kelompok yang perlu mendapatkan perhatian lebih adalah remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, serta bayi dan anak di bawah dua tahun. Dukungan dan edukasi kepada kelompok ini penting untuk memastikan mereka dapat menjalani kehamilan yang sehat dan mengasuh anak-anak yang tumbuh dengan baik dan bebas dari stunting.

Ajakan untuk Kerjasama

Pemerintah Kecamatan Pelangiran sangat berharap dukungan dari berbagai lintas sektor untuk menangani dan mencegah bertambahnya kasus stunting. Upaya terintegrasi dalam pencegahan dan penanggulangan stunting diperlukan, di mana pemerintah desa/kelurahan diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi aktif untuk mencapai tujuan bersama.

Angka Stunting di Kecamatan Tembilahan Hulu Menurun pada 2024


RIAUFAKTA.ID, Tembilahan Hulu - Prevalensi stunting di Kecamatan Tembilahan Hulu menunjukkan penurunan pada tahun 2024, setelah mengalami peningkatan signifikan pada tahun sebelumnya. 

Berdasarkan data dari sistem pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM), jumlah kasus stunting pada 2022 tercatat sebanyak 29 kasus, meningkat menjadi 54 kasus pada 2023, sebelum turun sekitar 33,3% menjadi 36 kasus pada 2024.

Penurunan angka stunting ini terjadi di lima dari enam desa/kelurahan di kecamatan tersebut. Namun, Desa Pulau Palas terus menunjukkan peningkatan konsisten dari tahun 2022 hingga 2024, dan Kelurahan Tembilahan Hulu mengalami kenaikan dari 10 kasus pada 2023 menjadi 11 kasus pada 2024.

Upaya penanggulangan stunting di Tembilahan Hulu melibatkan berbagai program, seperti penyuluhan gizi dan ASI eksklusif, pelaksanaan posyandu, pemberian makanan tambahan, dan pemeriksaan kesehatan lingkungan.

Meski demikian, sejumlah faktor masih menjadi kendala, termasuk paparan asap rokok, imunisasi yang belum lengkap, kurangnya akses air bersih, serta tingkat pendidikan orang tua yang rendah.

Pemerintah setempat dan UPT Puskesmas Tembilahan Hulu berkomitmen untuk terus memperkuat program pencegahan stunting melalui kerjasama lintas sektor dan partisipasi aktif masyarakat, guna mencapai penurunan angka stunting yang lebih signifikan di masa mendatang.

Penurunan Stunting di Desa Intan Mulya Jaya Terus Berlanjut Hingga 2024


RIAUFAKTA.ID,IDPELANGIRAN - Upaya pencegahan stunting di Desa Intan Mulya Jaya, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, menunjukkan hasil yang menggembirakan.

Berdasarkan data terbaru, prevalensi stunting di desa ini mengalami penurunan signifikan dari 5 kasus pada tahun 2022 menjadi 3 kasus pada tahun 2023, dan mencapai 0 kasus pada tahun 2024.

Penurunan prevalensi ini mencerminkan efektivitas program intervensi yang telah dilaksanakan oleh pemerintah setempat. Upaya percepatan pencegahan stunting yang berfokus pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan.

Program-program seperti sosialisasi ASI eksklusif, pendidikan gizi untuk ibu hamil, pendampingan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk balita, dan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) kepada remaja putri telah memberikan dampak positif dalam menekan angka stunting di wilayah ini.

Namun, meskipun prevalensi stunting di Desa Intan Mulya Jaya telah berhasil ditekan hingga nol, pemerintah Kecamatan Pelangiran menegaskan perlunya upaya yang lebih kuat dan komprehensif agar pencapaian ini bisa berkelanjutan. 

Konvergensi program yang melibatkan berbagai sektor dan partisipasi aktif masyarakat diharapkan dapat terus ditingkatkan untuk memastikan bahwa stunting tidak kembali muncul di masa mendatang.

Sejumlah faktor determinan masih menjadi perhatian utama dalam penanganan stunting di wilayah ini, seperti akses air bersih, ketersediaan jamban, perilaku pemberian ASI eksklusif, serta kebiasaan merokok di rumah tangga.

Tantangan lainnya adalah kurangnya motivasi remaja putri dalam mengonsumsi TTD secara teratur meskipun sudah mendapatkannya. Kondisi ini memerlukan pendekatan yang lebih intensif untuk mengubah perilaku dan kebiasaan masyarakat.

Dalam rangka mendukung penurunan stunting, inovasi seperti PENCETIN (Pelangiran Cegah Stunting) yang dikembangkan oleh Puskesmas Pelangiran terus berjalan. Program ini bertujuan memberikan penanganan dan intervensi terintegrasi bagi kelompok berisiko, termasuk remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, bayi, dan anak usia bawah dua tahun (baduta). Kelompok ini sangat penting untuk mendapat perhatian, terutama karena kesehatan remaja putri akan memengaruhi kualitas generasi yang akan datang.

Pemerintah Kecamatan Pelangiran berharap agar dukungan lintas sektor dapat semakin kuat. Kolaborasi antara pemerintah desa/kelurahan, masyarakat, serta dunia usaha menjadi elemen penting dalam upaya pencegahan stunting yang berkelanjutan. Dengan sinergi ini, diharapkan angka stunting di seluruh kecamatan, termasuk desa-desa lainnya, dapat terus menurun dan menghasilkan generasi yang sehat, cerdas, dan bebas dari stunting.

Angka Stunting di Kecamatan Teluk Belengkong Menurun di Tahun 2024


RIAUFAKTA.IDTELUK BELENGKONG - Kecamatan Teluk Belengkong berhasil menurunkan angka stunting pada 2024 setelah sebelumnya mengalami peningkatan di tahun 2023. Berdasarkan data, lima desa yakni Desa Beringin Mulya, Hibrida Jaya, Sumber Sari Jaya, Kelapa Patih Jaya, dan Sapta Mulya Jaya mencatat kenaikan kasus stunting pada 2023.

Namun, pada 2024 terjadi penurunan kasus di seluruh desa di kecamatan tersebut. Hal ini merupakan bentuk keberhasilan Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) melalui Puskesmas Teluk Belengkong dalam menurunkan angka stunting di Kecamatan Teluk Belengkong.

Faktor Penyebab Stunting di Teluk Belengkong

Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap angka stunting di wilayah ini antara lain:

1. Faktor Lingkungan: Sebagian desa menghadapi kesulitan mengakses air bersih dan masih belum memiliki jamban sehat.

2. Pelayanan Kesehatan: Masih ada ibu hamil dan balita yang belum menerima pelayanan kesehatan sesuai standar, termasuk kurangnya konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD), imunisasi dasar yang tidak lengkap, dan pemberian ASI eksklusif yang belum optimal.

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS): Beberapa rumah tangga masih merokok di dalam rumah, banyak balita yang tidak rutin mengikuti posyandu, serta praktik mencuci tangan dengan sabun yang belum maksimal.

Upaya Pencegahan Stunting

Untuk mengatasi stunting, Kecamatan Teluk Belengkong telah melakukan sejumlah upaya, termasuk:

1. Pelatihan pencegahan dan penanggulangan stunting.

2. Advokasi serta kerjasama lintas sektor dan lintas program.

3. Penyediaan sarana dan prasarana air bersih serta sanitasi.

4. Pemberian makanan tambahan untuk bayi dan anak serta Tablet Tambah Darah (TTD) kepada ibu hamil dan remaja putri.

5. Penyuluhan dan sosialisasi tentang ASI eksklusif, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), dan Gemarikan (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan).

Dengan berbagai upaya ini, diharapkan angka stunting di Teluk Belengkong terus menurun, terutama melalui perbaikan gizi selama 1.000 hari pertama kehidupan anak.

Penurunan Stunting di Kecamatan Gaung dari 2022 hingga 2024


RIAUFAKTA.ID,GAUNG - Kecamatan Gaung mencatat penurunan prevalensi stunting selama periode 2022 hingga 2024. Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan angka stunting, termasuk perbaikan gizi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Langkah-langkah tersebut melibatkan koordinasi lintas sektor, penyuluhan ASI eksklusif, inisiasi menyusui dini (IMD), pemberian vitamin A, serta penyediaan obat cacing.

Namun, beberapa faktor determinan seperti paparan asap rokok, pendidikan rendah orang tua, pernikahan dini, kurangnya imunisasi dasar, serta akses air bersih dan jamban sehat masih menjadi kendala dalam menurunkan stunting. 

Upaya lebih lanjut diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut, terutama pada kelompok berisiko seperti remaja putri, ibu hamil, bayi, dan balita bawah dua tahun (BADUTA).

Pihak Puskesmas dan Pemerintah setempat terus berfokus pada pembinaan perilaku rumah tangga 1.000 HPK, seperti pemberian makanan tambahan (PMT) bagi ibu hamil dengan kekurangan energi kronis (KEK) dan balita dengan gizi kurang, serta mendorong pemberian ASI eksklusif.

Tahun ini Kasus Stunting di Kecamatan Keritang Menurun 0,5%


RIAUFAKTA.IDTEMBILAHAN - Stunting masih menjadi masalah serius di Kecamatan Keritang, Kabupaten Indragiri Hilir, meskipun terjadi penurunan angka kasus pada tahun 2024. Berdasarkan data, prevalensi stunting di kecamatan ini menurun dari 0,7% pada 2022 dan 2023, menjadi 0,2% pada 2024. 

Dari penurunan prevelensi stunting di Kecamatan Keritang, namun ada beberapa desa seperti Nusantara Jaya dan Pebenaan yang justru mengalami peningkatan jumlah kasus stunting dari 0 menjadi 2 kasus pada 2024. Hal ini menunjukkan bahwa upaya penurunan stunting sudah mulai berhasil, tetapi masih memerlukan peningkatan kerja sama dari semua pihak.

Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil telah menjalankan berbagai program intervensi, termasuk sosialisasi ASI eksklusif, pemberian suplemen gizi, serta pemeriksaan kesehatan lingkungan melalui kunjungan rumah. Program-program ini difokuskan pada periode krusial 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang menjadi penentu tumbuh kembang anak di masa depan. Namun, tantangan besar masih dihadapi, terutama dalam hal akses air bersih, perilaku kebersihan, serta rendahnya kesadaran akan pentingnya ASI eksklusif.

Selain itu, faktor lingkungan seperti keterbatasan sarana sanitasi dan air bersih di beberapa desa memperburuk situasi. Di Desa Nyiur Permai, misalnya, 50% keluarga masih melakukan buang air besar sembarangan dan hanya 60% yang memiliki akses air bersih. Rendahnya pemberian ASI eksklusif juga masih menjadi masalah, dengan persentase yang hanya meningkat sedikit dari 30% pada 2022 menjadi 38% pada 2024. 

Faktor lain yang turut mempengaruhi stunting termasuk pernikahan dini, asupan gizi yang tidak memadai, serta penyakit infeksi yang dialami anak-anak.

Pemerintah setempat melalui Puskesmas terus mendorong kolaborasi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha dalam upaya pencegahan stunting. Sasaran utama intervensi adalah kelompok berisiko seperti remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, serta bayi dan balita. 

Pemerintah Kecamatan Keritang berharap dukungan dari berbagai pihak semakin kuat, terutama dalam meningkatkan kesadaran tentang pentingnya gizi dan sanitasi untuk menurunkan angka stunting secara berkelanjutan.

Puskesmas dan Pemdes Belantaraya Terus Berupaya Turunkan Angka Stunting di Tahun 2022-2024


RIAUFAKTA.IDBelantaraya - Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kecamatan Gaung bersama Pemerintah Desa Belantaraya, terus berupaya menurunkan angka prevalensi stunting yang menjadi salah satu fokus intervensi pada tahun 2022 hingga 2024.

Berdasarkan data terbaru, prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% pada 2021 menjadi 21,6% pada 2022, namun angka ini masih tergolong tinggi menurut standar WHO (>20%).

Desa Belantaraya menjadi salah satu dari 26 desa di Kabupaten Indragiri Hilir yang ditetapkan sebagai lokasi fokus (lokus) intervensi penurunan stunting.

Berbagai upaya telah dilakukan, seperti pengukuran rutin bayi/balita, penyuluhan pencegahan stunting, pemberian makanan tambahan (PMT), serta edukasi terkait pola asuh dan pola konsumsi ibu hamil.

Meski demikian, beberapa kendala masih dihadapi. Di antaranya adalah akses air bersih yang terbatas, perilaku hidup tidak sehat, dan rendahnya tingkat konsumsi ASI eksklusif. Selain itu, masih banyak masyarakat yang belum memiliki informasi yang cukup mengenai stunting dan cara pencegahannya.

Pemerintah desa bersama Puskesmas dan tim lintas sektor juga telah memberikan perhatian khusus pada kelompok sasaran berisiko, seperti ibu hamil, bayi bawah dua tahun (baduta), dan remaja putri. Pendampingan yang intensif diharapkan mampu mencegah terjadinya stunting, terutama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan, yang merupakan periode krusial untuk pertumbuhan fisik dan kognitif anak.

Kolaborasi lintas sektor di Desa Belantaraya diharapkan dapat meningkatkan sinergi dan mempercepat penurunan angka stunting di wilayah tersebut, sesuai dengan target nasional.

© Copyright 2019 Riaufakta.id | All Right Reserved