-->

Kamis, 03 Oktober 2024

Penurunan Stunting di Kecamatan Gaung dari 2022 hingga 2024


RIAUFAKTA.ID,GAUNG - Kecamatan Gaung mencatat penurunan prevalensi stunting selama periode 2022 hingga 2024. Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan angka stunting, termasuk perbaikan gizi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Langkah-langkah tersebut melibatkan koordinasi lintas sektor, penyuluhan ASI eksklusif, inisiasi menyusui dini (IMD), pemberian vitamin A, serta penyediaan obat cacing.

Namun, beberapa faktor determinan seperti paparan asap rokok, pendidikan rendah orang tua, pernikahan dini, kurangnya imunisasi dasar, serta akses air bersih dan jamban sehat masih menjadi kendala dalam menurunkan stunting. 

Upaya lebih lanjut diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut, terutama pada kelompok berisiko seperti remaja putri, ibu hamil, bayi, dan balita bawah dua tahun (BADUTA).

Pihak Puskesmas dan Pemerintah setempat terus berfokus pada pembinaan perilaku rumah tangga 1.000 HPK, seperti pemberian makanan tambahan (PMT) bagi ibu hamil dengan kekurangan energi kronis (KEK) dan balita dengan gizi kurang, serta mendorong pemberian ASI eksklusif.

Tahun ini Kasus Stunting di Kecamatan Keritang Menurun 0,5%


RIAUFAKTA.IDTEMBILAHAN - Stunting masih menjadi masalah serius di Kecamatan Keritang, Kabupaten Indragiri Hilir, meskipun terjadi penurunan angka kasus pada tahun 2024. Berdasarkan data, prevalensi stunting di kecamatan ini menurun dari 0,7% pada 2022 dan 2023, menjadi 0,2% pada 2024. 

Dari penurunan prevelensi stunting di Kecamatan Keritang, namun ada beberapa desa seperti Nusantara Jaya dan Pebenaan yang justru mengalami peningkatan jumlah kasus stunting dari 0 menjadi 2 kasus pada 2024. Hal ini menunjukkan bahwa upaya penurunan stunting sudah mulai berhasil, tetapi masih memerlukan peningkatan kerja sama dari semua pihak.

Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil telah menjalankan berbagai program intervensi, termasuk sosialisasi ASI eksklusif, pemberian suplemen gizi, serta pemeriksaan kesehatan lingkungan melalui kunjungan rumah. Program-program ini difokuskan pada periode krusial 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang menjadi penentu tumbuh kembang anak di masa depan. Namun, tantangan besar masih dihadapi, terutama dalam hal akses air bersih, perilaku kebersihan, serta rendahnya kesadaran akan pentingnya ASI eksklusif.

Selain itu, faktor lingkungan seperti keterbatasan sarana sanitasi dan air bersih di beberapa desa memperburuk situasi. Di Desa Nyiur Permai, misalnya, 50% keluarga masih melakukan buang air besar sembarangan dan hanya 60% yang memiliki akses air bersih. Rendahnya pemberian ASI eksklusif juga masih menjadi masalah, dengan persentase yang hanya meningkat sedikit dari 30% pada 2022 menjadi 38% pada 2024. 

Faktor lain yang turut mempengaruhi stunting termasuk pernikahan dini, asupan gizi yang tidak memadai, serta penyakit infeksi yang dialami anak-anak.

Pemerintah setempat melalui Puskesmas terus mendorong kolaborasi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha dalam upaya pencegahan stunting. Sasaran utama intervensi adalah kelompok berisiko seperti remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, serta bayi dan balita. 

Pemerintah Kecamatan Keritang berharap dukungan dari berbagai pihak semakin kuat, terutama dalam meningkatkan kesadaran tentang pentingnya gizi dan sanitasi untuk menurunkan angka stunting secara berkelanjutan.

Puskesmas dan Pemdes Belantaraya Terus Berupaya Turunkan Angka Stunting di Tahun 2022-2024


RIAUFAKTA.IDBelantaraya - Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kecamatan Gaung bersama Pemerintah Desa Belantaraya, terus berupaya menurunkan angka prevalensi stunting yang menjadi salah satu fokus intervensi pada tahun 2022 hingga 2024.

Berdasarkan data terbaru, prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% pada 2021 menjadi 21,6% pada 2022, namun angka ini masih tergolong tinggi menurut standar WHO (>20%).

Desa Belantaraya menjadi salah satu dari 26 desa di Kabupaten Indragiri Hilir yang ditetapkan sebagai lokasi fokus (lokus) intervensi penurunan stunting.

Berbagai upaya telah dilakukan, seperti pengukuran rutin bayi/balita, penyuluhan pencegahan stunting, pemberian makanan tambahan (PMT), serta edukasi terkait pola asuh dan pola konsumsi ibu hamil.

Meski demikian, beberapa kendala masih dihadapi. Di antaranya adalah akses air bersih yang terbatas, perilaku hidup tidak sehat, dan rendahnya tingkat konsumsi ASI eksklusif. Selain itu, masih banyak masyarakat yang belum memiliki informasi yang cukup mengenai stunting dan cara pencegahannya.

Pemerintah desa bersama Puskesmas dan tim lintas sektor juga telah memberikan perhatian khusus pada kelompok sasaran berisiko, seperti ibu hamil, bayi bawah dua tahun (baduta), dan remaja putri. Pendampingan yang intensif diharapkan mampu mencegah terjadinya stunting, terutama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan, yang merupakan periode krusial untuk pertumbuhan fisik dan kognitif anak.

Kolaborasi lintas sektor di Desa Belantaraya diharapkan dapat meningkatkan sinergi dan mempercepat penurunan angka stunting di wilayah tersebut, sesuai dengan target nasional.

Rabu, 02 Oktober 2024

Hasil Analisis Data Pengukuran Stunting di Desa Sari Mulya Tahun 2023-2024


RIAUFAKTA.IDKATEMAN - Desa Sari Mulya, Kabupaten Indragiri Hilir, menunjukkan tren peningkatan prevalensi stunting pada anak balita selama tahun 2023 dan 2024. 

Data terbaru mengungkapkan bahwa prevalensi stunting di desa tersebut meningkat dari 2% pada 2023 menjadi 2,3% pada 2024. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam menangani masalah stunting, yang menjadi perhatian serius karena dampaknya terhadap sumber daya manusia dan kualitas hidup masyarakat di masa depan.

Stunting, yang merupakan kekurangan gizi kronis, dapat menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak. Penyebab utama stunting mencakup asupan gizi yang tidak memadai selama kehamilan dan masa balita, rendahnya pengetahuan ibu mengenai gizi, serta terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan dan sanitasi. Periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi momen penting dalam pencegahan stunting, karena intervensi yang tepat pada fase ini dapat memberikan dampak jangka panjang yang signifikan.

Sebagai bagian dari upaya penanganan stunting, pemerintah daerah telah menetapkan 26 lokasi intervensi di desa/kelurahan, termasuk Desa Sari Mulya. Berbagai program dilakukan untuk meningkatkan gizi ibu hamil dan balita, seperti pemberian tablet tambah darah, sosialisasi ASI eksklusif, pemberian makanan pada bayi dan anak, serta program pemantauan tumbuh kembang. Meski demikian, analisis menunjukkan bahwa masih ada tantangan, seperti pola konsumsi yang tidak memadai dan perilaku hidup bersih yang belum optimal.

Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan termasuk kurangnya akses air bersih dan jamban, serta masalah kesehatan mental dan pendidikan ibu. Kelompok berisiko yang perlu mendapat perhatian lebih adalah remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, dan bayi di bawah dua tahun. Upaya terus dilakukan untuk memastikan mereka mendapatkan pendidikan dan pemahaman yang cukup mengenai kesehatan dan gizi.

Dinas Kesehatan bersama Puskesmas juga melakukan monitoring dan analisis di desa untuk memahami lebih dalam tentang pola asuh dan kebiasaan makan ibu hamil. Intervensi tambahan juga diarahkan pada pendidikan kesehatan reproduksi untuk mencegah pernikahan dini dan memastikan ibu hamil dalam kondisi sehat.

Dengan adanya berbagai langkah dan kolaborasi lintas sektor, diharapkan angka stunting di Desa Sari Mulya dapat menurun, meningkatkan kualitas hidup anak-anak dan masyarakat secara keseluruhan.

Kasus Stunting di Kecamatan Kateman Terus Meningkat pada 2024


RIAUFAKTA.ID, KATEMAN - Jumlah kasus stunting di Kecamatan Kateman meningkat dalam tiga tahun terakhir. Berdasarkan data e-PPGBM, pada 2022 tercatat 25 kasus, naik menjadi 52 kasus pada 2023, dan 56 kasus pada 2024. Kelurahan Tagaraja dan Bandar Sri Gemilang mengalami kenaikan, sementara beberapa desa seperti Sungai Simbar, Kuala Selat, dan Sungai Teritip juga mencatat peningkatan signifikan. Namun, Desa Tanjong Raja dan Makmur Jaya tidak melaporkan kasus stunting.

Faktor penyebab stunting di Kateman meliputi kurangnya imunisasi dasar, paparan asap rokok, rendahnya pemahaman gizi seimbang, dan akses yang buruk terhadap sanitasi dan air bersih. Upaya penurunan stunting telah dilakukan melalui penyuluhan, pemberian makanan tambahan, dan pelayanan kesehatan, namun hasilnya masih belum optimal.

Faktor determinan lain seperti pendidikan orang tua yang rendah, anak tidak mendapatkan ASI eksklusif, dan tidak memiliki jamban sehat juga turut memperburuk kondisi stunting di wilayah tersebut. Pendekatan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan diperlukan untuk menurunkan angka stunting di masa mendatang.

Kasus Stunting di Kecamatan Tempuling Terus Menurun hingga 2024


RIAUFAKTA.ID, TEMPULING - Kecamatan Tempuling, Kabupaten Indragiri Hilir, mencatatkan penurunan kasus stunting selama tiga tahun terakhir. Berdasarkan data sistem pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM), kasus stunting di Tempuling berkurang dari 30 kasus pada tahun 2022 menjadi 27 kasus pada 2023, dan turun lagi menjadi 23 kasus pada 2024.

Penurunan ini diiringi dengan peningkatan kunjungan ke posyandu serta upaya aktif pemerintah Tempuling bersama Puskesmas Sungai Salak. Beberapa langkah yang telah diambil antara lain penyuluhan kesehatan reproduksi, pendampingan ASI eksklusif, pelatihan pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal, dan pembinaan aksi bergizi di sekolah-sekolah.

Meski terjadi penurunan, sejumlah faktor seperti kurangnya pemahaman orang tua tentang pentingnya imunisasi dasar lengkap dan sanitasi yang tidak memadai masih menjadi kendala utama dalam pencegahan stunting. Sebanyak 21 dari 23 balita stunting di Tempuling diketahui tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap, dan sebagian besar keluarga masih menggunakan air hujan sebagai sumber air bersih.

Paparan asap rokok juga menjadi faktor yang memengaruhi kejadian stunting, dengan 20 dari 23 anak stunting terpapar asap rokok. Pemerintah kecamatan Tempuling berkomitmen untuk terus menekan angka stunting melalui program-program yang lebih komprehensif dan terintegrasi.

Penurunan Kasus Stunting di Kecamatan Gaung Anak Serka Menuju 2024


RIAUFAKTA.IDGaung Anak Serka - Berdasarkan hasil analisis data pengukuran stunting yang dipublikasikan oleh UPT Puskesmas Teluk Pinang dan UPT Puskesmas Sungai Iliran, terdapat penurunan signifikan jumlah balita stunting di Kecamatan Gaung Anak Serka selama tiga tahun terakhir. Data menunjukkan bahwa jumlah balita stunting menurun dari 17 orang pada tahun 2022, menjadi 13 orang pada tahun 2023, dan mencapai 10 orang pada tahun 2024.

Stunting, yang diartikan sebagai gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, menjadi perhatian serius pemerintah. Menurut Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021, stunting diukur dengan tinggi badan anak yang berada di bawah standar yang ditetapkan oleh WHO. Dalam konteks ini, upaya percepatan pencegahan stunting di Kabupaten Indragiri Hilir menunjukkan hasil positif, meskipun masih diperlukan kerja sama yang lebih kuat antara semua pemangku kebijakan.

Di wilayah kerja UPT Puskesmas Sungai Iliran, Desa Harapan Makmur menjadi lokasi fokus intervensi stunting. Meskipun jumlah balita stunting di desa ini tetap stagnan dengan 1 orang sejak tahun 2022, intervensi yang dilakukan termasuk rujukan ke dokter spesialis anak telah dilaksanakan. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya infeksi bakteri pada balita tersebut, yang mengakibatkan keterlambatan dalam peningkatan berat badan dan tinggi badan.

Pemerintah daerah telah melaksanakan berbagai program untuk meningkatkan gizi selama 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), termasuk pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) kepada ibu hamil dan remaja putri, pendampingan dalam pemberian MP-ASI, dan pelatihan tentang makanan pendamping. Namun, terdapat beberapa faktor yang masih menjadi kendala, seperti akses terhadap air bersih dan sanitasi yang memadai.

Beberapa determinan yang mempengaruhi status gizi balita stunting di Kecamatan Gaung Anak Serka meliputi kurangnya akses air bersih, perilaku hidup bersih, dan pengetahuan orang tua mengenai gizi. Rata-rata keluarga balita stunting di daerah tersebut masih menghadapi kesulitan dalam hal fasilitas sanitasi, serta pemahaman tentang pentingnya gizi yang seimbang.

Pemerintah kecamatan mengharapkan dukungan lebih lanjut dari berbagai sektor untuk menangani dan mencegah peningkatan kasus stunting di wilayah ini. Kerjasama aktif dari pemerintah desa dan partisipasi masyarakat diharapkan dapat mempercepat penanganan masalah stunting dan meningkatkan kesejahteraan anak-anak di Kecamatan Gaung Anak Serka.

© Copyright 2019 Riaufakta.id | All Right Reserved