-->

Rabu, 02 Oktober 2024

Hasil Analisis Data Pengukuran Stunting di Desa Sari Mulya Tahun 2023-2024


RIAUFAKTA.IDKATEMAN - Desa Sari Mulya, Kabupaten Indragiri Hilir, menunjukkan tren peningkatan prevalensi stunting pada anak balita selama tahun 2023 dan 2024. 

Data terbaru mengungkapkan bahwa prevalensi stunting di desa tersebut meningkat dari 2% pada 2023 menjadi 2,3% pada 2024. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam menangani masalah stunting, yang menjadi perhatian serius karena dampaknya terhadap sumber daya manusia dan kualitas hidup masyarakat di masa depan.

Stunting, yang merupakan kekurangan gizi kronis, dapat menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak. Penyebab utama stunting mencakup asupan gizi yang tidak memadai selama kehamilan dan masa balita, rendahnya pengetahuan ibu mengenai gizi, serta terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan dan sanitasi. Periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi momen penting dalam pencegahan stunting, karena intervensi yang tepat pada fase ini dapat memberikan dampak jangka panjang yang signifikan.

Sebagai bagian dari upaya penanganan stunting, pemerintah daerah telah menetapkan 26 lokasi intervensi di desa/kelurahan, termasuk Desa Sari Mulya. Berbagai program dilakukan untuk meningkatkan gizi ibu hamil dan balita, seperti pemberian tablet tambah darah, sosialisasi ASI eksklusif, pemberian makanan pada bayi dan anak, serta program pemantauan tumbuh kembang. Meski demikian, analisis menunjukkan bahwa masih ada tantangan, seperti pola konsumsi yang tidak memadai dan perilaku hidup bersih yang belum optimal.

Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan termasuk kurangnya akses air bersih dan jamban, serta masalah kesehatan mental dan pendidikan ibu. Kelompok berisiko yang perlu mendapat perhatian lebih adalah remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, dan bayi di bawah dua tahun. Upaya terus dilakukan untuk memastikan mereka mendapatkan pendidikan dan pemahaman yang cukup mengenai kesehatan dan gizi.

Dinas Kesehatan bersama Puskesmas juga melakukan monitoring dan analisis di desa untuk memahami lebih dalam tentang pola asuh dan kebiasaan makan ibu hamil. Intervensi tambahan juga diarahkan pada pendidikan kesehatan reproduksi untuk mencegah pernikahan dini dan memastikan ibu hamil dalam kondisi sehat.

Dengan adanya berbagai langkah dan kolaborasi lintas sektor, diharapkan angka stunting di Desa Sari Mulya dapat menurun, meningkatkan kualitas hidup anak-anak dan masyarakat secara keseluruhan.

Kasus Stunting di Kecamatan Kateman Terus Meningkat pada 2024


RIAUFAKTA.ID, KATEMAN - Jumlah kasus stunting di Kecamatan Kateman meningkat dalam tiga tahun terakhir. Berdasarkan data e-PPGBM, pada 2022 tercatat 25 kasus, naik menjadi 52 kasus pada 2023, dan 56 kasus pada 2024. Kelurahan Tagaraja dan Bandar Sri Gemilang mengalami kenaikan, sementara beberapa desa seperti Sungai Simbar, Kuala Selat, dan Sungai Teritip juga mencatat peningkatan signifikan. Namun, Desa Tanjong Raja dan Makmur Jaya tidak melaporkan kasus stunting.

Faktor penyebab stunting di Kateman meliputi kurangnya imunisasi dasar, paparan asap rokok, rendahnya pemahaman gizi seimbang, dan akses yang buruk terhadap sanitasi dan air bersih. Upaya penurunan stunting telah dilakukan melalui penyuluhan, pemberian makanan tambahan, dan pelayanan kesehatan, namun hasilnya masih belum optimal.

Faktor determinan lain seperti pendidikan orang tua yang rendah, anak tidak mendapatkan ASI eksklusif, dan tidak memiliki jamban sehat juga turut memperburuk kondisi stunting di wilayah tersebut. Pendekatan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan diperlukan untuk menurunkan angka stunting di masa mendatang.

Kasus Stunting di Kecamatan Tempuling Terus Menurun hingga 2024


RIAUFAKTA.ID, TEMPULING - Kecamatan Tempuling, Kabupaten Indragiri Hilir, mencatatkan penurunan kasus stunting selama tiga tahun terakhir. Berdasarkan data sistem pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM), kasus stunting di Tempuling berkurang dari 30 kasus pada tahun 2022 menjadi 27 kasus pada 2023, dan turun lagi menjadi 23 kasus pada 2024.

Penurunan ini diiringi dengan peningkatan kunjungan ke posyandu serta upaya aktif pemerintah Tempuling bersama Puskesmas Sungai Salak. Beberapa langkah yang telah diambil antara lain penyuluhan kesehatan reproduksi, pendampingan ASI eksklusif, pelatihan pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal, dan pembinaan aksi bergizi di sekolah-sekolah.

Meski terjadi penurunan, sejumlah faktor seperti kurangnya pemahaman orang tua tentang pentingnya imunisasi dasar lengkap dan sanitasi yang tidak memadai masih menjadi kendala utama dalam pencegahan stunting. Sebanyak 21 dari 23 balita stunting di Tempuling diketahui tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap, dan sebagian besar keluarga masih menggunakan air hujan sebagai sumber air bersih.

Paparan asap rokok juga menjadi faktor yang memengaruhi kejadian stunting, dengan 20 dari 23 anak stunting terpapar asap rokok. Pemerintah kecamatan Tempuling berkomitmen untuk terus menekan angka stunting melalui program-program yang lebih komprehensif dan terintegrasi.

Penurunan Kasus Stunting di Kecamatan Gaung Anak Serka Menuju 2024


RIAUFAKTA.IDGaung Anak Serka - Berdasarkan hasil analisis data pengukuran stunting yang dipublikasikan oleh UPT Puskesmas Teluk Pinang dan UPT Puskesmas Sungai Iliran, terdapat penurunan signifikan jumlah balita stunting di Kecamatan Gaung Anak Serka selama tiga tahun terakhir. Data menunjukkan bahwa jumlah balita stunting menurun dari 17 orang pada tahun 2022, menjadi 13 orang pada tahun 2023, dan mencapai 10 orang pada tahun 2024.

Stunting, yang diartikan sebagai gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, menjadi perhatian serius pemerintah. Menurut Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021, stunting diukur dengan tinggi badan anak yang berada di bawah standar yang ditetapkan oleh WHO. Dalam konteks ini, upaya percepatan pencegahan stunting di Kabupaten Indragiri Hilir menunjukkan hasil positif, meskipun masih diperlukan kerja sama yang lebih kuat antara semua pemangku kebijakan.

Di wilayah kerja UPT Puskesmas Sungai Iliran, Desa Harapan Makmur menjadi lokasi fokus intervensi stunting. Meskipun jumlah balita stunting di desa ini tetap stagnan dengan 1 orang sejak tahun 2022, intervensi yang dilakukan termasuk rujukan ke dokter spesialis anak telah dilaksanakan. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya infeksi bakteri pada balita tersebut, yang mengakibatkan keterlambatan dalam peningkatan berat badan dan tinggi badan.

Pemerintah daerah telah melaksanakan berbagai program untuk meningkatkan gizi selama 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), termasuk pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) kepada ibu hamil dan remaja putri, pendampingan dalam pemberian MP-ASI, dan pelatihan tentang makanan pendamping. Namun, terdapat beberapa faktor yang masih menjadi kendala, seperti akses terhadap air bersih dan sanitasi yang memadai.

Beberapa determinan yang mempengaruhi status gizi balita stunting di Kecamatan Gaung Anak Serka meliputi kurangnya akses air bersih, perilaku hidup bersih, dan pengetahuan orang tua mengenai gizi. Rata-rata keluarga balita stunting di daerah tersebut masih menghadapi kesulitan dalam hal fasilitas sanitasi, serta pemahaman tentang pentingnya gizi yang seimbang.

Pemerintah kecamatan mengharapkan dukungan lebih lanjut dari berbagai sektor untuk menangani dan mencegah peningkatan kasus stunting di wilayah ini. Kerjasama aktif dari pemerintah desa dan partisipasi masyarakat diharapkan dapat mempercepat penanganan masalah stunting dan meningkatkan kesejahteraan anak-anak di Kecamatan Gaung Anak Serka.

Sejak 2022 hingga 2024, Prevalensi Stunting di Kecamatan Sungai Batang Mengalami Peningkatan


RIAUFAKTA.IDSUNGAI BATANG - Prevalensi stunting di Kecamatan Sungai Batang mengalami peningkatan signifikan dari 12 kasus pada tahun 2022 menjadi 16 kasus pada tahun 2024, meskipun pemerintah telah melakukan berbagai intervensi pencegahan.

Stunting, yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, muncul akibat berbagai faktor multidimensi, seperti kekurangan asupan gizi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), sanitasi yang buruk, dan pola pemberian makan yang tidak tepat.

Pemerintah Kecamatan Sungai Batang bersama UPT Puskesmas Benteng telah melakukan berbagai upaya untuk menekan angka stunting, seperti sosialisasi kesehatan reproduksi, pendampingan ASI eksklusif, pemberian tablet tambah darah, hingga komitmen pelaksanaan Stop Buang Air Besar Sembarangan (ODF). 

Namun, tantangan masih ada, seperti kurangnya imunisasi dasar lengkap, paparan asap rokok, dan rendahnya tingkat pendidikan orang tua.

Sebagian besar balita stunting tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap (35,7%), terpapar asap rokok (100%), dan tidak mendapatkan ASI eksklusif (50%). 

Selain itu, masih ada balita yang belum mendapat MP-ASI yang sesuai standar (21,4%), serta rumah tangga yang tidak memiliki jamban sehat (28,57%) dan akses air bersih yang memadai (28,57%).

Kendati upaya pencegahan sudah dilakukan, diperlukan kerjasama lebih erat antara lintas program dan sektor untuk menangani kasus stunting di Kecamatan Sungai Batang secara efektif.

Berikut data Terbaru Kasus Stunting di Desa Tanjung Simpang


RIAUFAKTA.IDPELANGIRAN - Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis, yang seringkali tidak terlihat hingga anak berusia dua tahun.

Oleh karena itu, periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sangat penting untuk mendapatkan perhatian, karena menjadi penentu pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan. Stunting dipicu oleh berbagai faktor, tidak hanya dari aspek gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil dan anak balita.

Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir, melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil melakukan Rembuk Stunting yang diadakan pada tahun 2019, telah menetapkan 25 lokus desa untuk intervensi spesifik dan sensitif dalam pencegahan stunting. Kecamatan Pelangiran, sebagai salah satu kecamatan lokus, telah ditunjuk untuk berperan aktif dalam penanganan stunting di tingkat desa. 

Pada tahun 2024, terdapat delapan Desa/Kelurahan yang menjadi fokus intervensi, yaitu Terusan Beringin Jaya, Tegal Rejo Jaya, Bagan Jaya, Tanjung Simpang, Saka Palas Jaya, Tagagiri Tama Jaya, Simpang Kateman, dan Kelurahan Pelangiran.

Di Desa Tanjung Simpang, prevalensi stunting mengalami penurunan dari 9 kasus pada tahun 2022 menjadi 6 kasus pada tahun 2023. Namun, pada tahun 2024, jumlah kasus stunting meningkat kembali menjadi 8 kasus. 

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun intervensi telah dilakukan, masih diperlukan langkah-langkah penanganan yang lebih kuat, komprehensif, dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah stunting secara efektif.

Beberapa upaya yang telah dilakukan di Kecamatan Pelangiran meliputi sosialisasi ASI eksklusif, pendidikan gizi untuk ibu hamil, pendampingan dalam pemberian MP-ASI, dan inovasi PENCETIN (Pelangiran Cegah Stunting) yang digagas oleh UPT Puskesmas Pelangiran. 

Namun, masih ada faktor determinan yang menjadi kendala, seperti akses terhadap air bersih dan jamban, serta perilaku merokok di rumah yang perlu diperhatikan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil bersama Puskesmas melakukan monitoring dan analisis masalah yang terjadi di desa. Mereka menemukan bahwa pola asuh balita, pola konsumsi ibu hamil, serta perilaku hidup bersih dan sehat masih memerlukan intervensi lebih lanjut. 

Ibu hamil yang mengalami anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK) telah mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), dan upaya ini diharapkan dapat mengurangi risiko stunting pada anak.

Kelompok berisiko yang perlu mendapatkan perhatian lebih meliputi remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, dan anak usia di bawah dua tahun. Penyuluhan dan pendidikan gizi untuk kelompok ini sangat penting agar mereka dapat berperilaku sehat dan memastikan pertumbuhan yang optimal bagi anak-anak mereka.

Pemerintah Kecamatan Pelangiran berharap dukungan dari berbagai sektor untuk menangani dan mencegah bertambahnya kasus stunting. Kerja sama yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam pencegahan dan penanggulangan stunting. 

Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan angka stunting di Kecamatan Pelangiran dapat terus menurun, sehingga anak-anak di wilayah ini tumbuh sehat, cerdas, dan bebas dari stunting.


Penurunan Prevalensi Stunting di Desa Bagan Jaya Tahun 2024


RIAUFAKTA.IDPelangiran - Desa Bagan Jaya, Kecamatan Pelangiran, mencatatkan penurunan angka prevalensi stunting pada tahun 2024.

Berdasarkan data, kasus stunting di desa tersebut turun dari 5 kasus pada 2023 menjadi 3 kasus pada 2024, meskipun sempat mengalami peningkatan dari 2 kasus pada 2022. 

Penurunan ini menjadi hasil dari berbagai intervensi pemerintah dalam program pencegahan stunting di wilayah ini.

Stunting, yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, menjadi fokus perhatian melalui program intervensi pada masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir melalui Dinas Kesehatan telah menetapkan beberapa desa, termasuk Bagan Jaya, sebagai lokus intervensi penurunan stunting sejak tahun 2019.

Berbagai upaya telah dilakukan di Kecamatan Pelangiran, termasuk sosialisasi ASI eksklusif, pendidikan gizi untuk ibu hamil, pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dengan kekurangan energi kronis (KEK), serta program PENCETIN (Pelangiran Cegah Stunting). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan perilaku masyarakat dalam pencegahan stunting.

Namun, meski sudah ada kemajuan, masih terdapat faktor determinan yang memerlukan perhatian lebih, seperti akses air bersih, sanitasi, dan perilaku merokok orang tua. Selain itu, remaja putri yang belum teratur mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) juga menjadi salah satu tantangan dalam upaya pencegahan stunting.

Pemerintah Kecamatan Pelangiran berharap dukungan lintas sektor dan partisipasi aktif masyarakat dalam menangani dan mencegah bertambahnya balita yang mengalami stunting.

Upaya yang lebih komprehensif dan berkelanjutan diperlukan untuk mencapai target penurunan angka stunting yang lebih signifikan di masa depan.

© Copyright 2019 Riaufakta.id | All Right Reserved