-->

Selasa, 01 Oktober 2024

Ketua Tim Pemenang Inhil HEBAT, H Ikbal Sayuti Sampaikan Alasan Dukung H Herman dan Yuliantini





RIAUFAKTA.ID, TEMPULING — Seorang politisi muda berdarah Bugis uangkapkan alasan memilih Pasangan Calon (Paslon) Bupati Indragiri Hilir (Inhil), Haji Herman-Yuliantini, mampu mempercepat realisasi pembangunan.

Alasan itu disampaikan Haji Iqbal Sayuti saat ramah tamah dengan tokoh Masyarakat Kelurahan Pangkalan Tujuh Kecamatan Tempuling, Selasa (01/10/2024) siang, dihadiri Haji Herman Paslon nomor 4.

"Pak Herman berhasil membukakan mata bahwa membangun Inhil ini bukan soal bisa dan tidak bisa mau atau tidak mau bagaimana percepatan itu bisa dilakukan," kata Haji Iqbal Sayuti Ketua Pemenangan Inhil HEBAT.

Penilaian tersebut diutamakan kepada Haji Herman saat menjabat sebagai Pj Bupati Inhil. Haji Herman dinilai mampu merealisasikan pembangunan dengan waktu yang sangat singkat kurang lebih 8 bulan. 

"Kita sama-sama tau bahwa anggaran Inhil terbatas, tapi dengan keterbatasan itu pak Herman masa menjabat Pj Bupati Inhil mampu merealisasikan kegiatan yang mangkrak," terangnya seperti dikutip dalam video.

"Contohnya, ada jembatan di kampung saya (Reteh_red) selama ini mangkrak, alhamdulillah pak Pj Herman bisa menyelesaikan,"

"Dan banyak lagi, tapi tentunya kita berharap pak Herman menjadi bupati Inhil kedepannya sehingga persoalan yang selama ini bisa mempercepat pembangunan," sambungnya.

Untuk diketahui, calon Bupati Inhil nomor urut 4 Haji Herman melaksanakan kegiatan ramah tamah dengan tokoh masyarakat di kelurahan Pangkalan Tujuh kecamatan Tempuling, Selasa (01/10/24) siang.

Kegiatan kampanye calon Bupati Inhil H Herman tersebut di tempat salah satu tokoh masyarakat di Kelurahan Pangakalan Tujuh di dampingi Ketua Tim Pemenang Inhil HEBAT H Ikbal Sayuti dan Ketua Koalisi Partai H Agus Salim.

Dalam sambutannya, Haji Herman mengatakan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat tentunya untuk silaturahmi dan tamu ramah serta mensosialisasikan nomor urut 4 kepada masyarakat yang hadir.

"Tentunya, masyarakat harus tau nomor urut 4, agar tidak salah pilih nantinya. Kadang masyarakat banyak yang tidak paham, dia kadang suka tapi nomor urut tidak tau," kata Haji Herman.

"Jadi nanti salah coblos, dengan itu kita harus mensosialisasikan terutama kawan-kawan Tim Pemenang Inhil HEBAT serta relawan dan simpatisan," sambungnya.

Haji Herman dalam sambutannya mengatakan, Inhil merupakan kabupaten yang sangat luas tentunya persoalan-persoalan di setiap daerah bermacam-macam. Namun dia bertekad membangun Inhil yang lebih baik dengan anggaran yang terbatas.

"Saya bertekad berjuang membangun kampung halaman dengan anggaran yang ada. Tentunya harus bisa dicarikan solusinya." Tutupnya.

Upaya Penanggulangan Stunting di Kecamatan Pelangiran


RIAUFAKTA.ID, Pelangiran - Pemerintah Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, terus berupaya menanggulangi stunting, kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis. 

Stunting terjadi ketika anak tidak mendapatkan gizi yang cukup sejak dalam kandungan hingga masa awal setelah lahir. Kondisi ini baru tampak setelah anak berusia dua tahun, menjadikan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagai periode kritis yang memerlukan perhatian khusus.

Berdasarkan data terbaru, prevalensi stunting di Kelurahan Pelangiran menunjukkan perkembangan positif. Jumlah kasus stunting meningkat dari 8 kasus pada tahun 2022 menjadi 10 kasus pada tahun 2023, namun berhasil turun menjadi 5 kasus pada tahun 2024. Meskipun ada penurunan, pemerintah mengingatkan bahwa upaya untuk mengatasi stunting harus lebih komprehensif dan berkelanjutan.


Sejak tahun 2019, Pemkab Indragiri Hilir telah menetapkan 25 lokus desa untuk intervensi spesifik dalam upaya penanggulangan stunting, dan Kecamatan Pelangiran ditunjuk sebagai salah satu lokus tersebut. Pada tahun ini, terdapat 8 desa/kelurahan yang menjadi fokus, termasuk Terusan Beringin Jaya, Tegal Rejo Jaya, dan Simpang Kateman.

Pemerintah setempat telah melaksanakan berbagai program untuk memperbaiki gizi di 1.000 HPK, seperti sosialisasi ASI eksklusif, pendampingan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI), serta pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri dan ibu hamil. Meskipun demikian, masih terdapat tantangan terkait akses air bersih, sanitasi, dan perilaku hidup bersih di masyarakat.

Kelompok berisiko, seperti remaja putri dan ibu hamil, memerlukan perhatian khusus. Dinas Kesehatan dan Puskesmas telah melakukan monitoring dan analisis masalah yang ada, menekankan pentingnya perbaikan pola asuh balita dan pola konsumsi ibu hamil.

Pemerintah Kecamatan Pelangiran mengharapkan dukungan lintas sektor untuk menangani dan mencegah bertambahnya angka stunting. Kerjasama dan partisipasi aktif dari pemerintah desa/kelurahan sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan bersama dalam menurunkan angka stunting di daerah tersebut.


Peningkatan Kasus Stunting di Kecamatan Tembilahan, Butuh Penanganan Holistik


 TEMBILAHAN ; Stunting, kondisi di mana tinggi badan anak lebih pendek dari standar usianya akibat kekurangan gizi kronis, masih menjadi tantangan besar di Kecamatan Tembilahan. 

Data dari sistem pencatatan e-PPGBM menunjukkan peningkatan kasus stunting dari 41 kasus pada 2022 menjadi 89 kasus di 2023, meskipun terjadi sedikit penurunan menjadi 87 kasus di 2024. Kelurahan Pekan Arba, Tembilahan Hilir, dan Sungai Beringin mengalami peningkatan kasus secara konsisten, sedangkan kelurahan lainnya mencatat penurunan pada 2024.

Faktor-faktor yang berkontribusi pada tingginya angka stunting di Kecamatan Tembilahan meliputi:

1. Kekurangan Imunisasi: 72% balita stunting tidak menerima imunisasi dasar lengkap, salah satunya akibat kekhawatiran orang tua terhadap efek samping.

2. Paparan Asap Rokok: Sebanyak 63,2% balita hidup di rumah dengan perokok aktif, yang memperburuk kondisi kesehatan.

3. Pendidikan Rendah: Rendahnya pendidikan orang tua berdampak pada kurangnya pemahaman akan pentingnya gizi dan pola asuh yang tepat.

4. Pemberian MP-ASI yang Tidak Sesuai: 42,5% balita stunting tidak mendapatkan MP-ASI sesuai standar.

5. Kurangnya Pemahaman Tentang Stunting: Sebanyak 23% orang tua kurang paham akan pentingnya gizi seimbang.

6. Tidak Mendapat ASI Eksklusif: 19,5% balita stunting tidak mendapatkan ASI eksklusif.

7. Kondisi Sanitasi dan Air Bersih yang Buruk: Sebanyak 13,7% rumah tidak memiliki jamban sehat, dan 13% keluarga kesulitan mengakses air bersih.

Kecamatan Tembilahan telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi stunting, termasuk penyuluhan gizi, pendampingan ASI eksklusif, pemberian Tablet Tambah Darah pada ibu hamil dan remaja putri, serta peningkatan akses air bersih dan sanitasi. Program inovatif seperti KECAP MANIS (kelas pelayanan calon pengantin mandiri dan harmonis) dan GEMAS (Gerakan Remaja Sehat) dari Puskesmas Tembilahan Kota juga terus diimplementasikan.

Namun, untuk menurunkan angka stunting secara signifikan, diperlukan pendekatan yang lebih kuat dan menyeluruh, termasuk peningkatan akses terhadap layanan kesehatan, edukasi bagi masyarakat, dan perbaikan sanitasi serta air bersih.

Prevalensi Stunting di Kelurahan Tagaraja Menurun pada 2024


RIAUFAKTA. ID, TAGA RAJA - Kelurahan Tagaraja mencatat penurunan prevalensi stunting pada tahun 2024. Data menunjukkan angka prevalensi balita stunting turun dari 2,2% pada 2023 menjadi 1,6% pada 2024. Penurunan ini merupakan hasil dari berbagai intervensi pemerintah yang fokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Langkah-langkah yang diambil meliputi pemberian tablet tambah darah (TTD) pada ibu hamil, sosialisasi ASI eksklusif, pemberian makanan pada bayi dan anak (PMBA), serta penyediaan vitamin A.

Faktor penyebab stunting di Kelurahan Tagaraja bervariasi, mulai dari kurangnya akses makanan bergizi hingga rendahnya kualitas sanitasi dan air bersih. Pemerintah telah berupaya menangani masalah ini melalui berbagai program, termasuk pemantauan tumbuh kembang balita, penyuluhan kesehatan reproduksi, dan penyediaan air bersih.

Dinas Kesehatan juga melakukan monitoring terkait pola konsumsi ibu hamil dan perilaku hidup bersih. Meskipun banyak intervensi yang telah dilakukan, perilaku kunci rumah tangga masih memerlukan perhatian, seperti pola asuh ibu yang masih membutuhkan pembinaan.

Kelompok berisiko seperti remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, dan balita terus menjadi fokus intervensi untuk mencegah stunting di masa depan. Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengurangi prevalensi stunting di wilayah tersebut.

Prevalensi Stunting di Kecamatan Pelangiran, Tahun 2024 Menurun


RIAUFAKTA.ID, PELANGIRAN - Stunting, kondisi gagal tumbuh yang dialami anak balita akibat kekurangan gizi kronis, menjadi masalah serius yang memerlukan perhatian lebih. Kekurangan gizi ini dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal kehidupan, tetapi baru tampak setelah anak berusia dua tahun. Oleh karena itu, periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan fase penting yang menjadi penentu pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas anak di masa depan.

Multidimensi Penyebab Stunting

Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, tidak hanya berkaitan dengan gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil atau anak balita. Intervensi yang dilakukan pada 1.000 HPK menjadi langkah paling efektif untuk mengurangi prevalensi stunting. Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat perlu bersinergi untuk melaksanakan program intervensi ini secara konvergensi.

Inisiatif Pemerintah di Indragiri Hilir

Pada tahun 2019, Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah mengadakan Rembuk Stunting dan menetapkan 25 lokus desa untuk intervensi spesifik. Kecamatan Pelangiran terpilih sebagai salah satu kecamatan yang memiliki tanggung jawab untuk mengurangi stunting di tingkat desa. Pada tahun 2024, terdapat delapan desa/kelurahan yang menjadi fokus intervensi, yaitu Terusan Beringin Jaya, Tegal Rejo Jaya, Bagan Jaya, Tanjung Simpang, Saka Palas Jaya, Tagagiri Tama Jaya, Simpang Kateman, dan Kelurahan Pelangiran.

Data Prevalensi Stunting di Kecamatan Pelangiran

Berdasarkan grafik prevalensi stunting di Kecamatan Pelangiran, terlihat bahwa kasus stunting meningkat dari 85 pada tahun 2022 menjadi 92 pada tahun 2023. Namun, terjadi penurunan signifikan pada tahun 2024 dengan hanya 61 kasus. Meskipun beberapa wilayah menunjukkan peningkatan kasus stunting, penurunan dari tahun 2023 ke 2024 menunjukkan adanya keberhasilan program intervensi, meskipun perlu upaya lebih komprehensif untuk hasil yang lebih optimal di masa mendatang.

Program Intervensi yang Dijalankan

Kecamatan Pelangiran telah melaksanakan berbagai program untuk menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi, antara lain:

Sosialisasi ASI Eksklusif dan pendampingan pemberian MP-ASI.

Pendidikan gizi bagi ibu hamil.

Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk remaja putri dan ibu hamil.

Konseling Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK).

Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi serta program kesehatan lingkungan.

Tantangan yang Dihadapi

Meskipun banyak program telah berjalan, masih terdapat faktor determinan yang perlu perhatian, seperti akses air bersih, sanitasi, dan perilaku hidup sehat masyarakat. Beberapa remaja putri yang menerima intervensi TTD belum mengonsumsinya secara teratur, mengindikasikan perlunya motivasi yang lebih baik.

Kelompok Berisiko yang Perlu Diperhatikan

Remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, bayi, dan anak di bawah dua tahun adalah kelompok yang berisiko tinggi terhadap stunting. Dukungan dan edukasi yang tepat sangat penting untuk memastikan mereka dapat mengasuh anak dengan baik dan memberikan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan yang optimal.

Ajakan untuk Kerjasama Lintas Sektor

Pemerintah Kecamatan Pelangiran mengharapkan dukungan dari berbagai pihak untuk menangani dan mencegah bertambahnya kasus stunting. Upaya pencegahan dan penanggulangan stunting perlu dilakukan secara terintegrasi, di mana kerjasama dan partisipasi aktif dari pemerintah desa/kelurahan sangat diharapkan untuk mencapai tujuan bersama dalam menurunkan angka stunting di Kecamatan Pelangiran.

Angka Stunting Menurun Drastis di Desa Tegal Rejo Jaya Tahun 2024


RIAUFAKTA.IDPelangiran - Stunting, yang merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, menjadi perhatian serius di Kecamatan Pelangiran. Masalah ini dipicu oleh faktor multidimensi yang mencakup gizi buruk selama kehamilan dan masa awal kehidupan anak. 

Oleh karena itu, periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) memerlukan perhatian khusus, karena sangat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak.

Sejak tahun 2019, Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah melaksanakan Rembuk Stunting yang menetapkan 25 lokus desa untuk intervensi dalam upaya menurunkan prevalensi stunting. Pada tahun 2024, Kecamatan Pelangiran menjadi salah satu daerah yang berkomitmen untuk mengatasi masalah ini, dengan delapan Desa/Kelurahan sebagai fokus intervensi: Terusan Beringin Jaya, Tegal Rejo Jaya, Bagan Jaya, Tanjung Simpang, Saka Palas Jaya, Tagagiri Tama Jaya, Simpang Kateman, dan Kelurahan Pelangiran.

Dari data terbaru, prevalensi stunting di Desa Tegal Rejo Jaya menunjukkan fluktuasi yang signifikan. Setelah meningkat dari 5 kasus pada tahun 2022 menjadi 7 kasus pada tahun 2023, angka ini menurun drastis menjadi 3 kasus pada tahun 2024. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun ada kemajuan, perlu ada langkah-langkah lebih kuat dan berkelanjutan untuk penanganan stunting secara efektif di tahun-tahun mendatang.

Berbagai upaya telah dilakukan di Kecamatan Pelangiran untuk memperbaiki status gizi anak, termasuk sosialisasi ASI eksklusif, pendidikan gizi untuk ibu hamil, dan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK). Inovasi PENCETIN (Pelangiran Cegah Stunting) juga diperkenalkan sebagai salah satu langkah strategis dalam pencegahan stunting.

Namun, tantangan tetap ada. Faktor determinan seperti akses terhadap air bersih, sanitasi, dan pola asuh yang tidak tepat masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi. Remaja putri yang seharusnya mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) terkadang masih enggan mengonsumsinya, yang berkontribusi pada masalah anemia.

Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana bersama Puskesmas telah melakukan monitoring untuk mengevaluasi pola asuh dan perilaku hidup bersih di masyarakat. Upaya ini berfokus pada kelompok berisiko, termasuk remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, dan anak di bawah dua tahun.

Pemerintah Kecamatan Pelangiran mengajak seluruh sektor untuk bekerja sama dalam menangani masalah stunting. Dengan upaya pencegahan dan penanggulangan yang terintegrasi, diharapkan angka stunting di wilayah ini dapat terus menurun, sehingga anak-anak tumbuh sehat dan cerdas, serta terbebas dari risiko stunting di masa depan.

Prevalensi Stunting di Kecamatan Reteh Fokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan


RIAUFAKTA.IDRETEH - Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), masih menghadapi tantangan serius terkait stunting, meskipun sejumlah kemajuan telah dicapai. Stunting, yang merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis, berdampak pada pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak. 

Fenomena ini terutama disebabkan oleh kurangnya asupan gizi pada masa krusial 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) – mulai dari kehamilan hingga anak berusia 2 tahun.

Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil telah memfokuskan intervensi penurunan angka stunting pada periode 1000 HPK melalui rembuk stunting yang dilakukan sejak 2021.

Dalam rembuk tersebut, 40 Desa/Kelurahan ditetapkan sebagai lokasi fokus (lokus) untuk program tahun 2022. Rembuk stunting ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan spesifik di setiap desa dan mencari solusi yang tepat.

Data prevalensi stunting di Kecamatan Reteh untuk tahun 2022 hingga 2024 menunjukkan adanya upaya berkelanjutan dalam penurunan kasus. Meski demikian, tantangan masih tetap ada, terutama terkait faktor-faktor penyebab stunting yang bersifat multidimensi, seperti sanitasi yang buruk, akses terhadap air bersih, dan pola pemberian makan yang tidak tepat. 

Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil beserta jajaran terus mendorong upaya kolaboratif antara masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha dalam mengatasi permasalahan ini.

Keberhasilan intervensi stunting sangat bergantung pada konvergensi program dan sinergi berbagai pihak, terutama dalam memaksimalkan pemberian gizi dan perbaikan pola hidup sehat selama masa 1000 HPK. 

Dengan fokus yang kuat pada pencegahan dini, diharapkan prevalensi stunting di Kecamatan Reteh terus menurun, memberikan harapan bagi generasi mendatang untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal.

© Copyright 2019 Riaufakta.id | All Right Reserved