RIAUFAKTA.ID, ADV - Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru Nampak setelah bayi berusia 2 (dua) tahun.
Balita yang stunting di masa yang akan dating akan mengalami kesulitan dalam mecapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal sehingga dapat mempengaruhi sumber daya manusia di masa depan. Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir Rahmi Indrasuri, SKM, M.KL menjelaskan mengenai data stunting Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, menunjukkan adanya Penurunan prevalensi Stunting di Inhil, bahkan di tingkat Nasional penurunannya hanya 0,1%, di Provinsi Riau 3,4%, dan di Inhil pada tahun 2021 (SGGI) 28,4% terjadi kenaikan sebesar 0,1% pada tahun 2022 yaitu 28,5% dan di tahun 2023 telah terjadi penurunan sebanyak 9,7% yaitu 18,8%. Sehingga wakil presiden selaku ketua Tim TPPS Tingkat Nasional membuat kebijakan untuk melaksanakan kegiatan intervensi serentak.
"kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting juga harus berkoordinasi dengan melibatkan semua Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, sampai Kelurahan/Desa untuk mencegah lahirnya anak Stunting baru melalui pendataan, penimbangan, pengukuran, edukasi dan intervensi bagi seluruh ibu hamil, balita dan calon pengantin secara berkelanjutan yang dilaksanakan pada bulan Juni 2024 Kemarin," jelasnya.
Selain itu, puskesmas dan posyandu memiliki peran penting dalam ILP yang komprehensif dan terpadu, melalui berbagai layanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan valiatif sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat serta dapat mendeteksi dini permasalahan gizi, memberikan edukasi pencegahan Stunting kepada seluruh sasaran dan melakukan intervensi segera bagi sasaran yang memiliki masalah gizi serta meningkatkan kunjungan cakupan sasaran ke Posyandu.
Dengan masalah gizi sebesar 11,4% dan balita stunting 1,4%. Hampir seluruh Puskesmas memiliki persentase balita ditimbang (D/S) 100%, hanya 5 Puskesmas yang berada dibawah 100% diantaranya :
➤ Puskesmas Simpang Gaung 99,62%
➤ Puskesmas Teluk belengkong 97%
➤ Puskesmas Kotabaru 94,64%
➤ Puskesmas Sungai Salak 88,71%,
➤ Puskesmas Sungai Raya 82%
Setelah di analisis dan dientry pada aplikasi e-PPGBM di dapati 527 balita stunting di Kabupaten Indragiri Hilir dengan jumlah balita stunting tertinggi terdapat di wilayah kerja :
➤ Puskesmas Pelangiran 63 balita
➤ Puskesmas Tembilahan Kota 52 balita
➤ Puskesmas Sungai Guntung 50 balita
➤ Puskesmas Teluk Belengkong 40 balita
➤ Puskesmas Sungai Salak 37 balita
➤ Puskesmas Gajah Mada 32 balita
Kegiatan dalam telah dilaksanakan Penanggulangan Stunting:
1. Pemberian Tambahan Asupan Gizi pada Ibu hamil KEK.
2. Pemantauan konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri dengan Aksi Bergizi.
3. Pemantauan bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat Asi Eksklusif.
4. Pemantauan anak balita gizi buruk yang mendapat pelayanan tatalaksana gizi buruk.
5. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak balita.
6. Pemenuhan tambahan asupan gizi pada balita gizi kurang.
7. Pemenuhan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) kepada balita.
Dalam kegiatan Intervensi Serentak ini Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir melibatkan Lintas Sektor terkait, TP- PKK, Kader Posyandu, Tim Pendamping Keluarga (TPK), TPPS Kabupaten, Kecamatan dan TPPS Kelurahan/Desa dalam mengkoordinasikan Percepatan Penurunan Stunting, capaian Indikator Intervensi Spesifik yang meliputi:
1. Jumlah ibu hamil KEK yang menerima tambahan asupan gizi, Numerator/capaiannya ialah 178 dengan cakupan (90%).
2. Jumlah ibu hamil yang mengonsumsi 90 Tablet Tambah Darah (TTD) selama kehamilan, Numerator/capaiannya ialah 1578 dengan cakupan (68%).
3. Jumlah remaja putri yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD), Numerator/capaiannya ialah 7444 dengan cakupan (31%).
4. Jumlah Baduta 0-6 yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, Numerator/capaiannya ialah 258 dengan cakupan (37%).
5. Jumlah baduta usia 6 - 23 bulan yang mendapatkan MP-ASI, Numerator/capaiannya ialah 2838 dengan cakupan (77%).
6. Jumlah Gizi buruk pada bayi 0- 59 bulan yang mendapat tata laksana Numerator/capaiannya ialah 16 dengan cakupan (100%).
7. Jumlah Balita usia 0-59 bulan yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya Numerator/capaiannya ialah 37957 dengan cakupan (97%).
8. Jumlah anak usia 6-59 bulan gizi kurang yang mendapat tambahan asupan gizi Numerator/capaiannya ialah 439 dengan cakupan (78%).
9. Jumlah balita yang mendapat Imunisasi dasar lengkap Numerator/capaiannya ialah 2140 dengan cakupan (19%).
FOLLOW THE Riaufakta.id AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Riaufakta.id on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram