Dampak stunting jangka pendek berupa perkembangan fisik dan mental
terganggu, kecerdasan menurun hingga masalah metabolisme. Sedangkan dampak stunting jangka panjang berupa menurunnya kemampuan kognitif, menurunnya daya tahan tubuh sehingga tubuh rentan terserang penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, kanker, stroke serta ada hambatan dalam beraktivitas secara normal.
Stunting pada balita dipengaruhi oleh beberpa mulai dari ibu hamil mengalami
kek(kekurangan energi kronis), kecukupan lama kehamilan (37-40 minggu) dan pemberian
ASI Eksklusif.
Selama pemberian MPASI kucukupan makronutrein dan mikronutrien. Selain
itu, faktor lingkungan juga menjadi salah satu pencetus kejadian stunting. Kondisi lingkungan
yang tidak sehat seperti tidak tersedianya jamban keluarga atau tidak tersedianya akses air bersih. Pengetahuan orangtua juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kejadian
stunting.
Berdasarkan data di Puskesmas Pulau Burung terjadi penurunan tren kejadian stunting
dimana tahun 2023 terdapat 20 balita terindikasi stunting dan pada tahun 2024 terdapat 10 anak balita.
Balita yang terindikasi stunting dengan kisaran umur 1-4 tahun dan berjenis kelamin 6 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Selain data tersebut ada beberapa data pendukung lainnya yang sudah di kumpulkan yang menjadi salah satu factor pemicu kejadiaan stunting antara lain:
1. Usia Kehamilan
Normalnya usia kehamilan ibu berkisar antara 37-40 minggu. Tidak terpenuhinya lama masa
kehamilan berkaitan dengan kecukupan asupan nutrisi selama kehamilan. Selain itu,
beberapa penelitian menyebutkan bahwa bayi yang lahir secara prematur memiliki beresiko
kesehatan karena organ tubuhnya belum sempurna.
Dari tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 1 orang ibu melahirkan secara premature
sedangkan 9 orang ibu melahirkan cukup usia kehamilan.
2. KEK (Kekurangan Energi Kronis)
KEK (kekurangan energi kronis) pada ibu hamil ditandai dengan ukuran lingkar lengan < 23.5 cm.
KEK menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian stunting karena ibu hamil tidak mendapatkan asupan energi yang mencukupi secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Sebanyak 2 orang ibu mengalami KEK dan 8 orang lainnya tidak mengalami KEK.
3. Asi Eksklusif
ASI Eksklusif diberikan kepada bayi sejak lahir sampai dengan usia 2 tahun. Pentingnya pemberian ASI Eksklusif dapat membantu mencegah infeksi saluran pernafasan, diare, otitis media dan penyakit lainnya pada bayi. Jumlah ibu yang memebrikan ASI Eksklusif sebanyak 1 orang dan 9 orang ibu tidak memberikan ASI eksklusif.
4. MPASI
MPASI merupakan makanan pendamping ASI yang diberikan pada saat bayi berumur 6 bulan.
Pemberian MPASI dinilai penting karena bayi usia 6 bulan ke atas membutuhkan tambahan
energi, protein dan zat besi yang tidak cukup diperoleh hanya dari ASI.
Dalam hal pemberian MPASI ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Cukup protein
Protein menjadi salah satu kandungan gizi yang sebaiknya ada dalam makanan
pendamping asi (MPASI) karena dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan
otak bayi. Dari data diperoleh diketahui bahwa sebanyak 7 bayi tidak mendapatkan
asupan MPASI yangcukup protein dan hanya 3 bayi yang mendapatkan kecukupan
protein.
b. Tepat waktu
Pemberian MPASI yang tepat waktu dalam artian bahwa MPASI diberikan pada saat
bayi berusia 6 bulan. Pemberian MPASI yang terlalu cepat dapat meningkatkan resiko
Kesehatan berupa resiko aspirasi, meningkatnya beban kerja ginjal dan kemungkinan
terjadi kenaikan berat badan yang berlebih pada bayi. Tetapi dalam beberapa kondisi
bayi diperbolehkan diberikan MPASI lebih awal dengan anjuran dokter spesialis anak.
Dari data yang ada terdapat 3 orang bayi mendapat MPASI tepat waktu dan 7 orang
bayi tidak mendapat MPASI tepat waktu.
c. Adekuat
Adekuat dalam pemberian MPASI dimaksud adalah MPASI harus memenuhi kebutuhan
nutrisi bayi yang sedang tumbuh secara optimal. Makanan yang diberikan harus
mengandung karbohidrat,protein, lemak, vitamin dan mineral yang cukup. Data yang ada
menunjukkan bahwa sebanyak 3 orang bayi mendapatkan MPASI yang adekuat dan 7
orang bayi tidak mendapat MPASI yang adekuat.
Imunisasi adalah perlindungan yang wajib diberikan pada anak-anak untuk menajga dan
melindungi anak terhadap berbagai resiko penyakit yang di sebabkab bakteri atau virus.
Pemberian imunisasi dinilai penting karena bayi masih rentan dikarenakan sistem imun yang belum kuat. Data yang ada menunjukkan bahwa sebanyak 3 orang bayi mendapat imunisai lengkap dan 7 orang bayi tidak mendapat imunisasi lengkap.
6. Kunjungan Posyandu
Rutin kunjungan posyandu perlu dilakukan tidak hanya pada saat anak melakukan imunisasi rutin dari usia 0-2 tahun, tetapi kunjungan posyandu dilakukan sampai anak berusia 59 bulan.
7. badan pada bayi untuk mendeteksi secara dini jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kekurangan gizi. Data menunjukkan bahwa 6 orang ibu rutin membawa bayinya kunjungan posyandu dan 4 orang tidak rutin
8. Tingkat Pemahaman Orang Tua
Tingkat pemahaman orang tuan dimaksud adalah pemahaman orangtua akan KMS (kartu
menuju sehat), pemahaman orangtua tentang stunting dan pemahan orang tua mengenai
pemberian gizi seimbang. Sebanyak 4 orang tua memiliki pemahaman yang sangat kurang, 1 orang memiliki pemahaman yang kurang dan 5 orang memiliki pemahan yang cukup.
9. Paparan Asap Rokok
Paparan asap rokok dapat menyebabkan kejadian stunting karena penyerapan asap rokok dapat menganggu penyerapan gizi pada anak sehingga akan berdampak buruk pada
tumbuh kembangnya. Dari data diperoleh informasi bahwa semua ayah dari anak dengan
stunting merupakan perokok aktif.
Analisa dari data stunting di Puskesmas Pulau Burung Tahun 2024 diketahui bahwa perokok
aktif merupakan faktor yang paling banyak mempengaruhi kejadian stunting.
Secara langsung rokok dan paparan asap rokok yang mengandung karbon monoksida dan benzene yang merupakan residu pembakaran rokok akan menyebabkan menurunnya jumlah sel darah merah dan merusak sumsum tulang belakang sehingga meningkatkan resiko terjadinya anemia pada ibu hamil akan menurunkan kualitas plasenta ibu hamilHasil penelitian yang dilakukan oleh Indonesian Family Life Survey (IFLS) menemukan bahwa perilaku merokok berdampak pada kondisi stunting anak yang ditunjukkan pada tinggi badan dan berat badan.
Lebih lanjut, perilaku merokok yang menyebabkan stunting berhubungan dengan aspek Kesehatan ibu hamil dan bayi, namun juga terkait dengan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga.
Alokasi uang belanja yang harusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga berkurang karena dipakai untuk belanja rokok.
Yang tak kalah penting menjadi faktor yang cukup mempengaruhi kejadian stunting di wilayah kerja puskesmas Pulau Burung adalah pemberian ASI EKsklusif. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyebutkan adanya hubungan yang kuat antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan sampai umur anak 2 tahun akan memberikan perlindungan terhadap infeksi saluran cerna dan kandungan kandungan gizi yang diperlukan untuk mencegah stunting.
FOLLOW THE Riaufakta.id AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Riaufakta.id on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram