Stunting, yang merupakan kondisi gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis, telah menjadi perhatian serius di wilayah ini. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi, akses yang terbatas terhadap layanan kesehatan, air bersih, serta sanitasi yang tidak memadai.
Pada tahun 2022, tercatat 7 balita di Kelurahan Kampung Baru mengalami stunting. Jumlah ini turun menjadi 4 balita pada tahun 2023, dan pada tahun 2024 kembali turun menjadi 2 balita. Penurunan ini mencerminkan keberhasilan sejumlah intervensi yang dilakukan, meskipun tantangan masih ada.
Beberapa faktor determinan stunting meliputi asupan makanan yang tidak memadai, kurangnya pemberian ASI eksklusif, dan faktor lingkungan. Selain itu, faktor dari ibu seperti gizi yang buruk selama masa kehamilan, penyakit infeksi, hingga kebiasaan merokok juga mempengaruhi risiko stunting pada anak. Di beberapa wilayah, kesulitan akses air bersih dan jamban menjadi kendala utama dalam perbaikan gizi.
Untuk mengatasi masalah ini, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Antara lain, pemberian asuhan gizi kepada balita yang mengalami stunting, penyuluhan tentang kebersihan lingkungan, pemberian makanan tambahan lokal, dan pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan. Puskesmas juga aktif memberikan edukasi kepada orang tua untuk memastikan balita rutin diperiksa di posyandu guna mengoptimalkan pemantauan pertumbuhan anak.
Keberhasilan penurunan angka stunting ini merupakan hasil kerja keras bersama, namun masih perlu upaya lanjutan untuk mencapai target penurunan stunting yang lebih signifikan di masa mendatang.
Pihak Puskesmas dan pemerintah setempat terus berkomitmen dalam menanggulangi stunting sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan nasional.
FOLLOW THE Riaufakta.id AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Riaufakta.id on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram