Data terbaru mengungkapkan bahwa prevalensi stunting di desa tersebut meningkat dari 2% pada 2023 menjadi 2,3% pada 2024. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam menangani masalah stunting, yang menjadi perhatian serius karena dampaknya terhadap sumber daya manusia dan kualitas hidup masyarakat di masa depan.
Stunting, yang merupakan kekurangan gizi kronis, dapat menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak. Penyebab utama stunting mencakup asupan gizi yang tidak memadai selama kehamilan dan masa balita, rendahnya pengetahuan ibu mengenai gizi, serta terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan dan sanitasi. Periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi momen penting dalam pencegahan stunting, karena intervensi yang tepat pada fase ini dapat memberikan dampak jangka panjang yang signifikan.
Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan termasuk kurangnya akses air bersih dan jamban, serta masalah kesehatan mental dan pendidikan ibu. Kelompok berisiko yang perlu mendapat perhatian lebih adalah remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, dan bayi di bawah dua tahun. Upaya terus dilakukan untuk memastikan mereka mendapatkan pendidikan dan pemahaman yang cukup mengenai kesehatan dan gizi.
Dengan adanya berbagai langkah dan kolaborasi lintas sektor, diharapkan angka stunting di Desa Sari Mulya dapat menurun, meningkatkan kualitas hidup anak-anak dan masyarakat secara keseluruhan.
FOLLOW THE Riaufakta.id AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Riaufakta.id on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram