Desa Kempas Jaya, misalnya, mencatat penurunan dari 8 kasus pada tahun 2022 menjadi 4 kasus di tahun 2023, dan hanya tersisa 1 kasus di tahun 2024. Desa Kulim Jaya dan Bayas Jaya juga mengalami penurunan, dari 2 kasus di tahun 2022 menjadi nol kasus pada tahun 2024. Secara keseluruhan, dari 12 desa di Kecamatan Kempas, jumlah kasus stunting pada tahun 2024 turun menjadi 10 orang.
Namun, tidak semua desa menunjukkan penurunan. Desa Pekan Tua justru mengalami peningkatan kasus, dari 2 kasus pada tahun 2022 menjadi 4 kasus pada tahun 2024.
Berdasarkan grafik yang tersedia, persentase balita stunting di Kecamatan Kempas juga mengalami penurunan. Pada tahun 2022, persentase stunting mencapai 1,6%, kemudian turun menjadi 1,3% pada tahun 2023, dan menurun lagi hingga 0,4% di tahun 2024. Penurunan ini menunjukkan efektivitas program intervensi pencegahan stunting yang sudah berjalan, meski belum maksimal. Diperlukan kerjasama yang lebih baik antara pemangku kebijakan dan pelaksana program untuk menangani stunting di wilayah ini.
Hasil analisis menunjukkan beberapa faktor risiko yang berkontribusi terhadap kasus stunting di Kecamatan Kempas diantaranya:
1. Faktor pendidikan ayah dan ibu yang rendah, masing-masing mencakup 70% dari kasus, menjadi salah satu penyebab utama
2. Seluruh balita sasaran terpapar asap rokok, yang sangat memengaruhi kesehatan anak
3. Kurangnya pemberian ASI eksklusif dan masalah dalam pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) juga berkontribusi terhadap tingginya angka stunting.
Upaya penurunan stunting dapat dilakukan melalui penyuluhan kepada ayah balita mengenai pentingnya peran ayah dalam tumbuh kembang anak, bahaya asap rokok, dan dukungan terhadap pemberian ASI eksklusif. Penyuluhan ini bisa diadakan di kelas balita dengan mengundang ayah-ayah balita dan dilakukan setidaknya sekali dalam setahun.
FOLLOW THE Riaufakta.id AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Riaufakta.id on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram